Rabu, 23 November 2011

Hilangnya Sakit yang di deritanya karena bertemu Surga di Bumi

Saat kecil pemuda ini sebut saja nama yaitu Irvan seperti anak normal lainnya. Irvan tumbuh pun seperti anak lainnya. Namun beberapa bulan terakhir saat Irvan telah tumbuh menjadi remaja, pemuda ini mendapatkan kejutan yang tak tertuga. Irvan mengidap penyakit Leukimia, itu pun baru di ketahui saat Irvan tidak sadarkan diri setelah jam pelajaran olahraga usai. Saat itu dia dilarikan ke rumah sakit. Di rumah sakit itulah Irvan diberitahu oleh dokternya bahwa dia mengidap Leukimia. Irvan pun terkejut!! namun seketika, dia meminta tolong kepada dokter tersebut, Irvan menitipkan pesan untuk merahasiakan penyakitnya itu bahkan kepada orang tuanya yang kebetulan sedang dinas ke luar negeri.

Pada awalnya irvan merasa putus asa, karena dia tahu hidupnya tak akan lama lagi. Walau begitu Irvan pandai sekali merahasiakan penyakitnya itu kepada orang lain termasuk sahabat karibnya sendiri. Hari demi hari terus dia lalui, dia merasa bosan akan hidupnya. lalu dia berpikir “mengapa aku begini terus, ajalku sudah dekat. Kenapa aku tak melakukan sesuatu yang berguna sebelum ajal menjemputku.” Setelah itu Irvan mulai menulis karya-karya yang buat dia sedikit melupakan penyakit yang dia derita.

Pada suatu hari, saat dia sedang menulis sebuah novel tentang kisah hidupnya sendiri di taman yang sangat indah dan tidak jauh juga dari rumahnya, di taman itulah dia sering menulis. Muncullah seorang gadis yang bernama Khana, gadis itu sedang berlarian dari kejauhan sambil menutup matanya serta wajahnya dan menyenggol Irvan yang kebetulan sedang membawa minuman. Irvan lalu marah-marah pada gadis ini. Saat kedua tangan gadis dilepasnya dari wajah yang sedari tadi ditutupnya itu Irvan pun terkejut. Karena Khana sedang menangis. Bukan karena dimarahi oleh Irvan. Namun pada saat itu pula Khana telah diputuskan oleh pacarnya. Tanpa menghiraukan keterkejutan Irvan, Khana berlari lagi.

Kejadian itu membuat Irvan sedikit heran dengan gadis ini. Karena memang Irvan bertipe orang yang cuek. Namun, tak disangka kejadian di taman itu adalah awal dari rentetan pertemuan yang tak diduga berikutnya antara Irvan dan Khana. Pada awalnya mereka saling benci. Namun, lama kelamaan perasaan benci itu hilang menjadi sebuah persahabatan. Diam-diam Irvan menyukai Khana. Namun pada saat itu dia tidak berani mengungkapkannya, Irvan takut setelah mengatakan perasaan ini kepada Khana, Khana akan menjauhinya dan tak lagi bersamanya. Karena Irvan merasa Khana adalah surga di bumi baginya sebelum ajal menjemputnya. Irvan malah memilih untuk mengungkapkan perasaannya lewat novel yang sedang dikarangnya.

Khana pun sebenarnya punya perasaan yang sama pada Irvan. Namun, hal yang sama juga membayangi Khana. Terlebih, orang tuanya Khana berniat menjodohkannya dengan lelaki pilihan orang tuanya. Lelaki yang dimaksud itu adalah sahabat baik Irvan juga yaitu bernama Yuda. Namun ketiganya sama-sama tidak mengetahui hal tersebut.

Suatu hari dokter yang merawat Irvan, memberitahunya bahwa segala usaha telah dilakukannya. Namun, tidak mendapatkan hasil apa pun. Dokter ini pula bilang bahwa hidupnya tinggal beberapa minggu lagi. Mendengar hal tersebut Irvan terkejut. Lalu dia buru-buru menyelesaikan novel yang dia tulis tersebut. Saat naskah novel tersebut selesai, Irvan berniat membawanya ke penerbit. Di tengah perjalanan sambil memegang erat naskah novelnya tersebut dia mengobrol dengan sopir taksi yang ditumpanginya.

Setelah pembicaraan beberapa lama sopir taksi itu keheranan karena penumpangnya itu tak menyahut padahal dia sedang menceritakan sebuah lelucon. Lalu sopir tersebut memberhentikan taksinya untuk memeriksa penumpangnya itu. Pada awalnya, sopir itu mengira penumpangnya itu tertidur. Dibangun-bangunkannya si Irvan tersebut namun tak ada respon sama sekali. Lalu sopir tersebut memeriksa denyut nadinya masih berdetak. Namun terasa lemah, dengan hati yang gusar sang sopir lalu menghidupkan mesin mobilnya dan menancapkan gas menuju rumah sakit terdekat.

Pada hari itu pula di rumah sahabat baiknya Irvan sedang berlangsung upacara pertunangan. Khana yang akan ditunangkan ini adalah gadis yang disukai oleh Irvan. Setelah beberapa lama acara pertunangan berlangsung tibalah saatnya acara tukaran cincin. Namun, sahabatnya ini yaitu Yuda nampak gusar karena sahabat baiknya yaitu Irvan belum datang juga. Tadi Irvan sudah berjanji setelah dari penerbit akan langsung menuju acara pertunangan tersebut. Tapi hal itu tak terjadi karena Irvan belum datang juga hingga detik-detik terakhir menuju acara tukaran cincin. Yuda ingin sahabatnya bisa melihat acara pertunangan tersebut. Lalu Yuda menelpon sahabatnya tersebut karena sebelumnya sms yang dikirim Yuda tidak ada balasan.

Sekarang dirumah sakit sudah ada sopir taksi dan Irvan yang sudah tak sadarkan diri yang keadaannya sudah memburuk. Sopir taksi yang tadinya menancap gas cepat-cepat untuk menolong Irvan sedang menunggu di luar ruangan kamar rumah sakit. Karena para dokter sedang memeriksa keadaan Irvan. Semua barang-barang yang dibawa Irvan termasuk naskah novelnya untuk sementara di bawa sopir taksi tersebut. Karena pada saat itu tidak ada orang terdekat dan keluarga dari Irvan. Terdengar deringan HP dari atas bangku tempat barang-barang Irvan ditaruh oleh sopir taksi tersebut.

Sopir taksi itu pun mencari-cari suara tersebut. Deringan pertama dia tak berani untuk mengangkatnya. Lalu terdengar bunyi deringan lagi. Hingga dua kali. Lalu sopir taksi itu memberanikan diri untuk mengangkatnya. Terdengarlah suara laki-laki yang mengaku sahabat baiknya Irvan saat ditanya oleh sopir taksi tersebut. Lalu sopir taksi tersebut menceritakan semua yang terjadi kepada Yuda sahabatnya Irvan.

Mendengar berita tersebut, Yuda tersebut langsung terkejut dan tak menghiraukan apapun yang terjadi di sekelilingnya. Yuda pun bergegas ke rumah sakit yang diberitahukan kepadanya oleh sopir taksi tersebut. Tanpa diketahuinya dari belakang Khana pun mengikutinya. Karena sebelumnya, pada saat perbincangan di telepon, Khana mendengar nama orang yang tidak asing lagi di telinganya. Khana pun penasaran, lalu mengikuti calon tunangannya tersebut.

Sesampai di rumah sakit, Yuda bertemu sopir taksi yang diajaknya bicara ditelepon tadi. Kembali sopir itu menceritakan sekali lagi apa yang dialami oleh Irvan dan dirinya untuk memperjelas. Setelah selesai berbincang sopir taksi tersebut kemudian menyerahkan barang-barang yang dimiliki Irvan. Lalu sopir taksi ini mohon diri untuk pamit. Di sisi lain, Khana pun bersembunyi sambil mendengarkan pembicaraan antara Yuda dan sopir taksi tersebut. khana mendadak terkejut mendengar semua itu. Kemudian dengan berlinang air mata khana menghampiri Yuda. Khana mulai bercerita kepada Yuda bahwa sebenarnya dia tahu Irvan yang sedang berbaring di tempat tidur rumah sakit tersebut.

Beberapa hari pun berlalu, Yuda masih tetap menunggu dengan sabar sahabatnya itu bersama Khana. Irvan pun tetap belum sadarkan diri. Kata dokter Irvan perlu perawatan intensive. Dokter pun membeberkan semua yang dirahasiakannya bersama Irvan, bahwa sahabatnya yaitu Irvan mengidap penyakit Leukimia kepada Yuda dan Khana. Mereka berdua shock, tangisan pun mewarnai Khana mendengar hal tersebut.

Tepat pada hari Sabtu yang mendung saat Khana sendiri menunggu, karena Yuda sedang mencari makanan di kantin rumah sakit. Khana tidak sengaja melihat naskah novel yang berada di atas meja disamping Irvan terbaring. Naskah itu ditaruh oleh Yuda di tempat tersebut. Karena rasa penasaran Khana mulai mengambil dan membacanya. Butuh waktu yang lama membaca novel tersebut hingga selesai. Malam pun tiba Khana yang sedari tadi terus menangis karena membaca naskah tersebut.

Akhirnya Khana tahu perasaan Irvan terhadapnya. Ternyata anggapannya salah, cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Lalu secara spontan Khana memeluk Irvan yang masih terbaring. Mendadak tidak diketahui oleh Khana, Irvan tersadar. Lalu Irvan pun membalas pelukan itu. Khana sedikit terkejut, kemudian Khana akhirnya melihat Irvan kembali.

Irvan hanya tersenyum lemah lalu bicara “Ternyata kamu telah membacanya, maafkan aku selama ini memendam perasaan ini. Aku tak ingin kamu kecewa, aku tak selamanya ada untukmu. Hanya dengan tulisan itu aku bisa mengungkapkannya dan hanya dengan ini mungkin cintaku akan abadi.” Setelah berkata hal tersebut nafas Irvan mulai terasa pelan. Sensor jantungnya pun menunjukkan penurunan.

Kemudian Irvan menutup matanya sambil tersenyum. Pelukan Irvan mulai melonggar. Khana merasakan keganjilan itu. Khana mulai memeriksa sensor jantung pemuda ini. Yang tadi menurun kini hanya terlihat garis lurus. Kembali Khana pun langsung menangis. Seiring dengan itu hujan pun mulai turun di luar rumah sakit, seakan-akan langit pun ikut menangis.

0 komentar:

Posting Komentar