Apa yang kamu bayangkan tentang sebuah cita-cita? Pastilah sebuah pencapaian yang indah dan spektakuler di masa depan.
Disini saya hanya bercerita bagaimana masa lalu saya. Yah, sekedar bernostalgia saja. Semasa kecil, yah boleh dibilang lah masa kecil saya sangat bahagia walaupun sederhana. Kenapa? Saya bahagia karena masa kecil saya tidak terjamah oleh dunia dewasa, dimana saya bermain sepuasnya layaknya anak kecil, dan bernyanyi lagu-lagu tentang indahnya dunia anak-anak. Dibandingkan dengan anak kecil jaman sekarang, waktu dulu saya bermain permainan tradisional, seperti lompat tali, monopoli, ular tangga, sama sekali tak tersentuh kecanggihan teknologi.
Sewaktu saya berumur 6 tahun, saya selalu disajikan channel-channel oleh Ayah saya. Di suatu hari saya melihat serial Ipin Upin, episode tentang cita-cita. Diceritakan masing-masing tokoh menggambarkan tentang cita-citanya. Ipin jadi astronot, Upin jadi ilmuwan, mey-mey jadi guru, ihsan jadi chef/koki, dan yang palik menarik perhatian adalah Fizi dia bercita-cita menjadi tukang pembersih sampah, sangat sederhana tapi membayangkannya saja membuat fizi bangga.
Adegan itu mengingatkan saya pada masa kecil dulu. Waktu saya masih bermain di Taman Kanak-kanak (waktu itu usia saya masih 4 tahunan), saya dan teman-teman TK saya ditanya oleh Ibu Guru kami tentang apa cita-cita kami jika sudah besar nanti, karena saat itu kami masih belum bisa baca tulis, sang ibu guru memberikan kami berbagai macam gambar yang boleh kami pilih sebagai representasi dari cita-cita kami.
Masing-masing gambar mewakili sebuah profesi yang ingin kami geluti saat kami besar nanti. Gambar-gambar itu sangat menarik ada gambar seseorang berbaju serba putih dengan semacam alat periksa yang tergantung didadanya, ada gambar seseorang bertopi segi tiga dari jerami dan membawa cangkul, ada juga seorang perempuan cantik berkacamata menjinjing tas di tangan kanan dan buku memeluk buku ditangan kirinya. Dari semua gambar-gambar itu ada satu yang menarik perhatian saya, seseorang berjubah hitam dengan topi segi lima dan ada semacam tali didepannya, saya belum pernah melihat orang yang berbaju seperti itu, saya terkesan dengan kostum jubah hitam itu yang menurut saya sangat misterius dan menarik. Setelah menunjukkan gambar itu kepada Ibu Guru barulah saya mengerti bahwa gambar itu adalah gambar seorang yang disebut dengan sarjana.
Kata Ayah saya setiap orang harus punya cita-cita dalam hidupnya, tak perduli apapun itu. Seseorang yang mempunyai cita-cita dalam hidupnya berarti dia adalah orang yang optimis terhadap masa depannya. Masa depan memang tak pernah bisa diduga, Tuhan yang telah mengaturnya tapi masih bisa diperjuangkan dan harus diwujudkan.
Diantara semua orang yang punya cita-cita, barangkali saya termasuk orang yang tidak konsisten dalam bercita-cita. Cita-cita saya selalu berganti mengikuti situasi dan kondisi.
Saat saya duduk dibangku kelas 3 SD, cita-cita saya untuk menjadi seorang Sarjana lengser begitu saja gara-gara terpesona melihat Tin Tin (dalam serial kartun Tin-Tin) berpetualang dibulan bersama Snowe (anjing kesayangannya) dan Professor Kalkulus. Mereka tampak hebat menggunakan baju Astronot warna orange dan bisa melayang-layang diluar angkasa. Saya berpikir betapa hebatnya seseorang yang mengenakan kostum seperti itu dan bisa melayang-layang menjelajah tata surya. Dan sejak saat itu saya bertekat untuk menjadi seorang Astronot.
Cerita tentang Astronot tak berlangsung lama. Saat kelas 5 SD saya berkeinginan untuk menjadi seorang Guru. Saya terinspirasi oleh Guru SD saya yang sangat baik dan jenius. Waktu itu saya berpikir alangkah hebat dan mulianya menjadi seorang Guru karena bisa membuat orang yang tidak mengerti menjadi mengerti, yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula bodoh menjadi pintar. Dan Astronot pun tergeser oleh Guru.
Tak hanya sampai disitu, lagi-lagi cita-cita saya goyah. Saat duduk dibangku SMP, gara-gara sering keluar masuk Rumah Sakit, saya ingin menjadi seorang dokter. Pikir saya, betapa hebatnya seorang dokter ini yang dapat menyembuhkan orang sakit. Meski berubah-ubah, saya tidak pernah main-main dengan cita-cita, saya tidak pernah absen sekolah karena ingin cepat naik kelas dan menjadi seorang Sarjana. Mengkliping gambar-gambar Astronot dan hal-hal yang berkaitan dengan ekspedisi luar angkasa, bahkan mati-matian belajar tentang ilmu kedokteran demi nilai 9 agar bisa jadi dokter.
Sewaktu saya berumur 6 tahun, saya selalu disajikan channel-channel oleh Ayah saya. Di suatu hari saya melihat serial Ipin Upin, episode tentang cita-cita. Diceritakan masing-masing tokoh menggambarkan tentang cita-citanya. Ipin jadi astronot, Upin jadi ilmuwan, mey-mey jadi guru, ihsan jadi chef/koki, dan yang palik menarik perhatian adalah Fizi dia bercita-cita menjadi tukang pembersih sampah, sangat sederhana tapi membayangkannya saja membuat fizi bangga.
Adegan itu mengingatkan saya pada masa kecil dulu. Waktu saya masih bermain di Taman Kanak-kanak (waktu itu usia saya masih 4 tahunan), saya dan teman-teman TK saya ditanya oleh Ibu Guru kami tentang apa cita-cita kami jika sudah besar nanti, karena saat itu kami masih belum bisa baca tulis, sang ibu guru memberikan kami berbagai macam gambar yang boleh kami pilih sebagai representasi dari cita-cita kami.
Masing-masing gambar mewakili sebuah profesi yang ingin kami geluti saat kami besar nanti. Gambar-gambar itu sangat menarik ada gambar seseorang berbaju serba putih dengan semacam alat periksa yang tergantung didadanya, ada gambar seseorang bertopi segi tiga dari jerami dan membawa cangkul, ada juga seorang perempuan cantik berkacamata menjinjing tas di tangan kanan dan buku memeluk buku ditangan kirinya. Dari semua gambar-gambar itu ada satu yang menarik perhatian saya, seseorang berjubah hitam dengan topi segi lima dan ada semacam tali didepannya, saya belum pernah melihat orang yang berbaju seperti itu, saya terkesan dengan kostum jubah hitam itu yang menurut saya sangat misterius dan menarik. Setelah menunjukkan gambar itu kepada Ibu Guru barulah saya mengerti bahwa gambar itu adalah gambar seorang yang disebut dengan sarjana.
Kata Ayah saya setiap orang harus punya cita-cita dalam hidupnya, tak perduli apapun itu. Seseorang yang mempunyai cita-cita dalam hidupnya berarti dia adalah orang yang optimis terhadap masa depannya. Masa depan memang tak pernah bisa diduga, Tuhan yang telah mengaturnya tapi masih bisa diperjuangkan dan harus diwujudkan.
Diantara semua orang yang punya cita-cita, barangkali saya termasuk orang yang tidak konsisten dalam bercita-cita. Cita-cita saya selalu berganti mengikuti situasi dan kondisi.
Saat saya duduk dibangku kelas 3 SD, cita-cita saya untuk menjadi seorang Sarjana lengser begitu saja gara-gara terpesona melihat Tin Tin (dalam serial kartun Tin-Tin) berpetualang dibulan bersama Snowe (anjing kesayangannya) dan Professor Kalkulus. Mereka tampak hebat menggunakan baju Astronot warna orange dan bisa melayang-layang diluar angkasa. Saya berpikir betapa hebatnya seseorang yang mengenakan kostum seperti itu dan bisa melayang-layang menjelajah tata surya. Dan sejak saat itu saya bertekat untuk menjadi seorang Astronot.
Cerita tentang Astronot tak berlangsung lama. Saat kelas 5 SD saya berkeinginan untuk menjadi seorang Guru. Saya terinspirasi oleh Guru SD saya yang sangat baik dan jenius. Waktu itu saya berpikir alangkah hebat dan mulianya menjadi seorang Guru karena bisa membuat orang yang tidak mengerti menjadi mengerti, yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang semula bodoh menjadi pintar. Dan Astronot pun tergeser oleh Guru.
Tak hanya sampai disitu, lagi-lagi cita-cita saya goyah. Saat duduk dibangku SMP, gara-gara sering keluar masuk Rumah Sakit, saya ingin menjadi seorang dokter. Pikir saya, betapa hebatnya seorang dokter ini yang dapat menyembuhkan orang sakit. Meski berubah-ubah, saya tidak pernah main-main dengan cita-cita, saya tidak pernah absen sekolah karena ingin cepat naik kelas dan menjadi seorang Sarjana. Mengkliping gambar-gambar Astronot dan hal-hal yang berkaitan dengan ekspedisi luar angkasa, bahkan mati-matian belajar tentang ilmu kedokteran demi nilai 9 agar bisa jadi dokter.
Namun nampaknya takdir berkehendak lain. Tuhan telah membelokkan hati saya dan mengalihkan perhatian saya pada ilmu-ilmu Kesekretaris. Pada waktu SMK saya memilih jurusan Adm.Perkantoran atau bisa dibilang Sekretaris. Dan menurut nilai di Rapot, saya memiliki angka 8 atau 9 untuk pelajaran ini.
Alasan ketertarikan saya dengan ilmu Sekretaris adalah ilmu tentang Kesekretarisan dan Kepribadian dari seorang, disini memberi saya ruang untuk belajar tentang apa saja yang dimiliki seorang Sekretaris selain cantik, pintar dan cerdas??. Sekretaris harus juga mengerti kepribadian apa yang harus dimiliki untuk menjadi seorang sekretaris di Perusahaan besar??, mencoba memahami dan bersosialisasi antara atasan dan bawahannya, mereka mulai dari skup yang paling kecil hingga yang paling besar (Lingkungan di perusahaan dunia atau asing). Sejak saat itu, saya mulai mengasah kemampuan saya, beradaptasi dalam di suatu perusahaan, mencoba mengenal, memahami dan menyukai hal-hal yang asing bagi saya.
Hal ini berlanjut hingga saya masuk ke perguruan tinggi, memilih Ilmu Manajement sebagai ruang belajar saya, dan focus kajian saya.
Tentang cita-cita, hingga saat ini satu cita-cita saya yang ingin saya wujudkan yaitu mengenakan jubah hitam dan topi segi lima. Saya ingin mengenakan kostum itu, saya Ingin diwisuda dan ingin sekali mendapat gelar Sarjana dan ingin juga mendapat gelar Magister.
Tentang cita-cita, hingga saat ini satu cita-cita saya yang ingin saya wujudkan yaitu mengenakan jubah hitam dan topi segi lima. Saya ingin mengenakan kostum itu, saya Ingin diwisuda dan ingin sekali mendapat gelar Sarjana dan ingin juga mendapat gelar Magister.
Setiap mengingat cita-cita ini, saya terus untuk memotivasi diri, saya harus bisa dan mewujudkan cita-cita saya ini. Saya tidak mau menjadi harapan belaka saja, yang hanya bisa terucap tapi tidak bisa diwujudkan. Dan jika cita-cita saya terwujud, saya akan berkata pada diri saya sendiri, ini baru satu cita yang terwujud, selanjutnya apa lagi??
Barangkali memang benar, kita tidak akan pernah tau akan menjadi apa kita nanti, cita-cita mana yang akan terwujud. Kata ayahku, sekecil apapun cita-cita itu harus tetap dijaga dan harus terus diwujudkan, karena suatu saat nanti entah kapan, Tuhan akan memberikan waktunya untuk cita-cita itu membumi.
Barangkali memang benar, kita tidak akan pernah tau akan menjadi apa kita nanti, cita-cita mana yang akan terwujud. Kata ayahku, sekecil apapun cita-cita itu harus tetap dijaga dan harus terus diwujudkan, karena suatu saat nanti entah kapan, Tuhan akan memberikan waktunya untuk cita-cita itu membumi.
0 komentar:
Posting Komentar