Sabtu, 29 Maret 2014

Konsep Penalaran Ilmiah Dalam Kaitannya Dengan Penulisan Ilmiah



I.    Penalaran Ilmiah

1.  Pengertian Penalaran
Penalaran mempunyai beberapa pengertian, yaitu (1) proses berpikir logis, sistematis, terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan, (2) menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan, (3) proses menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian baru, (4) mengkaji, membahas, atau menganalisis dengan menghubung-hubungkan variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu derajat hubungan dan simpulan, (5) pembahasan suatu masalah sampai menghasilkan suatu simpulan yang berupa pengetahuan atau pengertian baru.


Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubung-hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu simpulan. Data yang dapat dipergunakan dalam penalaran untuk mencapai satu simpulan harus berbentuk kalimat pernyataan atau yang disebut dengan proposisi. Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subyek dan predikat yang membentuk kalimat.

Ciri-ciri penalaran sebagai berikut :
1.   Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang valid.
2.   Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun, atau menghubungkan petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.
3.   Rasional, artinya adalah apa yang sedang dinalar merupakan suatu fakta atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam

2.  Unsur Penalaran Penulisan Ilmiah
Menurut Widjono, (2007 : 210), unsur penalaran penulisan ilmiah adalah sebagai berikut:
1.   Topik yaitu ide sentral dalam bidang kajian tertentu yang spesfik dan berisi sekurang-kurangnya dua variabel.
2.   Dasar pemikiran, pendapat, atau fakta dirumuskan dalam bentuk proposisi yaitu kalimat pernyataan yang dapat dibuktikan kebenaran dan kesalahannya.
3.   Proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subyek dan predikat yang membentuk kalimat.
4.   Proses berpikir ilmiah yaitu kegiatan yang dilakukan secara sadar, teliti, dan terarah menuju suatu kesimpulan.
5.   Logika yaitu metode pengujian ketepatan penalaran, penggunaan argumen (alasan), argumentasi (pembuktian), fenomena, dan justifikasi (pembenaran).
6.   Sistematika yaitu seperangkat proses atau bagian-bagian atau unsur-unsur proses berpikir ke dalam suatu kesatuan.
7.   Permasalahan yaitu pertanyaan yang harus dijawab (dibahas) dalam karangan.
8.   Variabel yaitu unsur satuan pikiran dalam sebuah topik yang akan dianalisis.
9.   Analisis (penguraian) dilakukan dengan mengidentifikasi, mengklasifikasi, mencari hubungan (korelasi), membandingkan, dan lain-lain.
10.               Pembuktian (argumentasi) yaitu proses pembenaran bahwa proposisi itu terbukti kebenarannya atau kesalahannya. Selain itu, pembuktian didukung pula dengan data yang mencukupi, fakta, contoh, dan hasil analisis yang akurat.
11.               Hasil yaitu akibat yang ditimbulkan dari sebuah analisis induktif atau deduktif.
12.               Kesimpulan (simpulan) yaitu hasil pembahasan, dapat berupa implikasi atau inferensi.

Secara umum, ada dua jenis penalaran yakni penalaran induktif dan deduktif sebagai berikut :
  • Penalaran Induktif adalah penalaran yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum. Dengan kata lain, simpulan yang di peroleh tidak lebih khusus daripada pernyataan (premis).Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut :a) Generalisasi ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Contoh : Jika dipanaskan, besi memuai Jika dipanaskan, tembaga memuai
b) Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh :
Ita adalah lulusan akademi perawatan
Ita dapat menjalankan tugasnya dengan baik
c) Hubungan Kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Dalam kehidupan sehari-hari, hubungan kausal sering ditemukan. 
Contoh : Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut :
Sebab – akibat : hubungan yang berpola A menyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Akibat – sebab : dapat dilihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter, ke dokter merupakan akibat dan sakit merupakan sebab.
Akibat – akibat : suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya.
  • Penalaran Deduktif adalah proses berpikir yang bertolak dari prinsip, hukum, putusan yang berlaku umum tentang suatu hal atau gejala atas prinsip umum tersebut ditarik kesimpulan tentang sesuatu yang khusus, yang merupakan bagian dari hal atau gejala diatas.
a) Menarik simpulan secara langsung ; ditarik dari satu premis
Misalnya : 
Semua S adalah P (Premis) 
Sebagian P adalah S (Simpulan) 
Contoh : 
Semua ikan berdarah dingin (Premis) 
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan (Simpulan)
b) Menarik simpulan secara tidak langsung ; dari dua premis akah dihasilkan sebuah simpulan. Premis pertama yang bersifat umum dan premis kedua bersifat khusus.
- Silogisme Kategorial
- Silogisme Hipotesis
- Silogisme Alternatif
- Entimen
3.  Keterkaitan Penalaran dalam Proses Penulisan Ilmiah
Suatu karangan sesederhana apapun akan mencerminkan kualitas penalaran seseorang.
Penalaran itu akan tampak dalam pola pikir penyusuan karangan itu sendiri.
Penalaran dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek/matra. Kelima aspek tersebut
adalah:
a.   Aspek keterkaitan
Aspek keterkaitan adalah hubungan antarbagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan. Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain. Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah – tujuan – dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus berkaitan juga dengan kesimpulan.
b.   Aspek urutan
Aspek urutan adalah pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan/ditampilkan kemudian (dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu.Pada bagian Pendahuluan, dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah
c.    Aspek argumentasi
Yaitu bagaimana hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat/temuan-temuan dalam analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
d.   Aspek teknik penyusunan
Yaitu bagaimana pola penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten.Karangan ilmiah harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah.

II.    Penulisan Ilmiah

   1.  Pengertian penulisan ilmiah
Penulisan ilmiah adalah laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Riset dapat didasarkan pada data primer (langsung dari narasumber) dan data sekunder (data yang sudah ada atau yang sudah terlebih dahulu dikumpulkan orang lain dan selanjutnya dapat digunakan kapan saja jika diperlukan).

   2.  Tujuan Penulisan Ilmiah
Tujuan Penulisan Ilmiah adalah memberikan pemahaman agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya secara sistematis dan terstruktur.

   3.  Aspek – Aspek Yang Terdapat Dalam Penulisan Ilmiah
Isi dari Penulisan ilmiah diharapkan memenuhi aspek-aspek di bawah ini :
1.Relevan dengan situasi dan kondisi yang ada.
2.Mempunyai pokok permasalahan yang jelas.
3.Masalah dibatasi, sesempit mungkin.

   4.  Jenis-jenis Karya ilmiah
Berikut jenis-jenis karya ilmiah menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:
1.   Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. 
2.  Kertas kerja, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam dari pada analisis dalam makalah.
3.   Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.
4.   Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.
5.   Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang valid dengan analisis yang terinci. Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).

   5.  Karakteristik Penulisan Ilmiah
Berikut ini beberapa karakteristik penulisan ilmiah yang harus diketahui sebagai berikut antara lain :
1.   Tulisan menggunakan metode ilmiah.
2.   Tulisan di dukung dengan menggunakan data empiris.
3.   Data dikumpulkan dengan menggunakan teknik observasi.
4.   Terdapat pengukuran hasil yang ditemukan menggunakan perhitungan statistik.
5.   Menggunakan terminologi khusus yang hanya diketahui sesam kelompok keahlian.
6.   Hasil temuan dipaparkan dengan menggunakan grafik, tabel, atau gambar.
7.   Tulisan disusun dengan menggunakan gaya penulisan ilmiah tertentu.
8.   Hasilnya merupakan dokumentasi teknis.

   6.  Manfaat Penyusunan karya ilmiah
Menurut sikumbang (1981), ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut sebagai berikut :
1.   Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum melakukan penulisan ia akan membaca beberapa buku referensi dahulu yang relevan dengan topik yang akan dibahasnya.
2.   Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.
3.   Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog judul buku.
4.   Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.
5.   Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.

III.    Hubungan Menulis Karya Ilmiah dengan Penalaran

Karya tulis ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Syarat penulisan sebuah karya tulis ilmiah terbagi tiga yaitu :
1.    Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
2.    Langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah.
3.    Sosok tampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu sosok tulisan keilmuan.
Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penalaran menjadi bagian penting dalam proses melahirkan sebuah karya ilmiah. Penalaran dimaksud adalah penalaran logis yang mengesampingkan unsur emosi, sentimen pribadi atau sentimen kelompok. Oleh karena itu, dalam menyusun karya ilmiah metode berpikir keilmuan yang menggabungkan cara berpikir/penalaran induktif dan deduktif, sama sekali tidak dapat ditinggalkan.
Metode berpikir keilmuan sendiri selalu ditandai dengan adanya:
·         Argumentasi teoritik yang benar, valid dan relevan.
·         Dukungan fakta empirik.
·         Analisis kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoritik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji.


Daftar Pustaka :
Arifin, Zaenal E., Tasai, Amran S. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi, Jakarta : Akademika Pressindo.

Hs, Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.

Mardiya. 2010.“Penalaran dalam Penulisan Karya Ilmiah”. Dalam http://mardiya.wordpress.com/2010/11/29/penalaran-dalam-penulisan-karya-ilmiah-oleh-mardiya/


Dwi Kartika.2014.”Penalaran Metode Ilmiah Dalam Kaitannya Dengan Penulisan Ilmiah”. Dalam http://dwikartikasari-18211665.blogspot.com/2014/03/penalaran-metode-ilmiah-dalam-menjawab.html

Nadia Pucino.2012.”Penulisan Ilmiah”. Dalam http://nadiaputri-pucino.blogspot.com/2012/10/penulisan-ilmiah.html

Dyah Retno.2014.”Konsep Penalaran Ilmiah Dalam Kaitannya dengan Penulisan Ilmiah”. Dalam http://cieloajjah.blogspot.com/2014/03/konsep-penalaran-ilmiah-dalam-kaitannya.html

TEORI – TEORI yang BERHUBUNGAN dengan METODE ILMIAH dan SIKAP ILMIAH



Metode ilmiah adalah suatu cara kerja dengan menggunakan tahap-tahap tertentu yang dilakukan oleh para ahli atau pakarnya guna memperoleh penyelesaian dari permasalahan yang sedang dihadapinya.  Metode Ilmiah selalu mencari jawaban dari fakta-fakta dengan pendekatan sistematis. Oleh karena itu penelitian dan metode ilmiah memiliki hubungan yang sangat dekat sekali.
Pengertian lain dari Metode Ilmiah adalah suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Metode Ilmiah juga merupakan suatu cara sistematis yang digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode ini menggunakan langkah-langkah yang sistematis, teratur dan terkontrol.
Sedangkan tahap-tahap yang dilakukan untuk metode ilmiah adalah
a.   Mengadakan penelitian lalu merumuskan masalah
b.   Mengumpulkan data-data yang ada
c.     Menyusun hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang disusun berdasarkan data atau     keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka
d.   Melakukan percobaan
e.   Menarik sebuah kesimpulan
f.    Menguji kesimpulan.
Untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan perlu dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji senantiasa mendukung hipotesis maka hipotesis itu bisa menjadi kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

Manfaat yang didapat dari metode ilmiah adalah:
a.    Untuk menghasilkan penemuan berguna
b.    Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
c.    Untuk memecahkan suatu masalah dengan penalaran
d.    Untuk mengungkap kembali rahasia alam yang belum terungkap.


Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah
          Tujuan dari mempelajari metode ilmiah adalah mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Beberapa poin dari tujuan dan manfaat seseorang atau peneliti mempelajari metode ilmiah, yaitu :
1.   Mengetahui tata cara penulisan ilmiah.
2.   Dapat menyusun fakta yang nyata dan data tersusun secara sistematis.
3.   Menambah wawasan dalam menggunakan teknik yang cepat dan tepat untuk digunakan dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah.
4.   Mengetahui bahasa yang digunakan pada tulisan ilmiah yaitu bahasa baku.

Kriteria Metode Ilmiah
Hal yang menyangkut masalah kriteria dan langkah-langkah METODE ILMIAH:
a)   Berdasarkan fakta
Informasi-informasi atau keterangan yang akan di peroleh penelitian, baik yg dikumpulkan maupun dianalisis hendaknya berdasarkan fakta atau kenyataan, bukan pemikiran sendiri atau duga-dugaan.

b)  Bebas dari prasangka
Penggunaan fakta atau data metode ilmiah hendaknya berdasarkan bukti yang lengkap dan objektif, bebas dari pertimbangan- pertimbangan subjektif.

c)   Menggunakan prinsip analisis
Fakta serta kejadian-kejadian tersebut harus dicari sebab akibatnya atau alasan-alasannya dengan menggunakan prinsip analisis.

d)  Menggunakan hipotesis
Hipotesis atau dugaan ( bukti ) sementara diperlukan untuk memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin di capai. dengan hipotesi peneliti akan dipandu jalan pikirannya ke arah mana hasil penelitiannya akan dianalisis.

e)   Menggunakan ukuran objektif
Pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data harus menggukan ukuran-ukuran yang objektif

Ciri-ciri Metode Ilmiah
a)   Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
b)  Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia.
c)   Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
d)   Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
e)   Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Beberapa Pengertian dari Sikap Ilmiah

Istilah  sikap dalam bahasa Inggris disebut “Attitude” sedangkan istilah attitude sendiri berasal dari bahasa latin yakni “Aptus” yang berarti keadaan siap secara mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan.

Menurut Baharuddin (1982:34) mengemukakan bahwa :”Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan sebagai seorang ilmuwan.

Sikap ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.

Sikap-sikap Ilmiah
Dalam penulisan karya ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada. Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
    1)  Sikap Ingin Tahu
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya.
    2)  Sikap Kritis
Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan -kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
    3)  Sikap Obyektif
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
    4)  Sikap Ingin Menemukan
Selalu memberikan saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen dengan cara yang baik dan konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari pengamatan yang dilakukannya.   
     5)  Sikap Menghargai Karya Orang Lain
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.
    6)  Sikap Tekun
Tidak bosan mengadakan penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
    7)  Sikap Terbuka
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

Tiga Kompenen Sikap
1)  Komponen kognitif
2)  Afektif dan
3)  Tingkah laku.

Ciri-Ciri Sikap Ilmiah sebagai berikut :
1)  Keinginan mengetahui dan memahami.
2)  Kecondongan bertanya mengenai semua hal
3)  Kecondongan mencari data dan makna
4)  Kecondongan menuntut suatu pengujian
5)  Kecondongan memeriksa pangkal pikir,
6)  Menyelidiki kesalahan atau kebenaran, dan kesimpulan logis.
7)  Penghargaan terhadap logika

Contoh Sikap Ilmiah :
1)  Yang sudah dikenal guru-guru kelompok mata pelajaran IPA tapi belum optimal dikembangka antara lain meliputi : Sikap jujur,terbuka, luwes, tekun, logis, kritis, kratif.
2)  Selain itu beberapa sikap ilmiah yang lebih khas dan nampaknya masih asing bagi guru antara lain meliputi : curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), Flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), Critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan).

DAFTAR PUSTAKA

Juhantika.2012.”Sikap Ilmiah”. Dalam http://juhantika.blogspot.com/2012/10/sikap-ilmiah.html
Yanha Siholan.2012.”Sikap Ilmiah”. Dalam http://yanhasiholan.wordpress.com/2012/11/21/sikap-ilmiah/
Siska.2012.”Sikap Ilmiah dan Metode Ilmiah”. Dalam http://matakristal.com/pengertian-sikap-ilmiah-dan-metode-ilmiah/
Amelia Aprilianti.2011.”Metode Ilmiah”. Dalam http://wwwkebudayaancommel.blogspot.com/2011/02/metode-ilmiah.html
Nabella.2012.”Metode Ilmiah”. Dalam http://nabella2326.blogspot.com/2012/06/metode-ilmiah.html
Niken Mutiara.2012.”Kriteria Metode Ilmiah”. Dalam http://nikenmutiara.blogspot.com/2012/03/kriteria-metode-ilmiah.html