Novel ini menceritakan seorang cewek bernama lengkap Nessa
Eswari Moe yang sangat menyukai seni dan segala hal yang berhubungan dengan
tulisan dan kata-kata. Nessa juga mempunyai cita-cita untuk menjadi seorang
editor, tetapi ia sekarang masih bekerja sebagai copywriter serabutan.
Nessa telah membangun dinding yang kokoh di hatinya untuk tidak
mau lagi berhubungan dengan yang namanya cinta. Ia trauma karena ditinggalkan
oleh Ibu kandungnya sendiri dikarenakan oleh lelaki asing yang datang merusak
hubungan keluarga mereka dan Ibunya memilih pergi dengan lelaki tersebut. Nessa
sangat mengetahui kesedihan yang dialami oleh Ayahnya semenjak kejadian itu dan
Nessa tidak akan lagi mau berhubungan dengan yang namanya cinta.
Hingga Ayahnya sempat menjodohkan putri semata wayangnya itu
dengan pria yang sangat modis tapi playboy bernama Endru. Tetapi Nessa menolak,
begitu pula dengan Endru.
Sewaktu penerbangan pulang menuju Yogyakarta, Nessa bertemu
dengan seorang lelaki berambut gondrong. Lelaki tersebut bekerja di sebuah
penerbitan bernama EPILOG dengan jabatan sebagai editor. Lelaki tersebut
menawarkan kepada Nessa untuk mengisi lowongan kerja sebagai editor di EPILOG
yang kebetulan kosong, dan Nessa pun masih mempertimbangkan tawaran yang diberikan oleh Demas.
Beberapa menit lagi, pesawat tiba di landasan, Nessa menghabiskannya dengan bertopang dagu menghadap jendela, menatap keindahan senja. Nessa menoleh ke Demas, dan Demas memberinya sebuah senyuman. Nssa membalas dengan senyuman pula. Dan, untuk kali pertama, Demas melihat gadis dingin itu tersenyum, meski hanya sebentar dan sekilas.
Ayah Nessa menyetir mobil dengan khidmat, menjemput Nessa dari bandara. Dan mereka berdua mengobrol dan bercanda sambil menyinggung Nessa, kapan ia bertemu dengan pacarnya Nessa. Tapi Nessa menjawab dengan nada seperti ini. "Nessa mana punya pacar?". Nessa pernah dekat sama cowok, kok. Cuma, ya, begitu, memang belum ada yang pas.
Setelah sampai rumah, ayahnya langsung berbicara bahwa nanti ada tamu yang ingin datang kerumah. Beberapa jam kemudian tamu tersebut datang, ia adalah Calon yang akan di jodohkan dengan Nessa. Namanya Nak Rivai atau Endru. Nessa melihat cowok itu sudah berada diruang tamu. cowok itu memberikan senyuman, berpenampilan rapi, Ia mengenakan kemeja pas badan berwarna biru mud yang lengannya digulung hingga siku. Rambutnya gelap dan berpotongan spikey. Nessa tidak yakin apakah itu warna asli rambutnya atau hasil semir. Celana bahan warna coklat gelap jatuh dengan mantap di kakinya yang panjang dan di bungkus. sepatu pantofel hitam. Kulitnya berwarna kuning langsat. Badannya tegap, tetapi ia terlihat sangat santai
Beberapa menit lagi, pesawat tiba di landasan, Nessa menghabiskannya dengan bertopang dagu menghadap jendela, menatap keindahan senja. Nessa menoleh ke Demas, dan Demas memberinya sebuah senyuman. Nssa membalas dengan senyuman pula. Dan, untuk kali pertama, Demas melihat gadis dingin itu tersenyum, meski hanya sebentar dan sekilas.
Ayah Nessa menyetir mobil dengan khidmat, menjemput Nessa dari bandara. Dan mereka berdua mengobrol dan bercanda sambil menyinggung Nessa, kapan ia bertemu dengan pacarnya Nessa. Tapi Nessa menjawab dengan nada seperti ini. "Nessa mana punya pacar?". Nessa pernah dekat sama cowok, kok. Cuma, ya, begitu, memang belum ada yang pas.
Setelah sampai rumah, ayahnya langsung berbicara bahwa nanti ada tamu yang ingin datang kerumah. Beberapa jam kemudian tamu tersebut datang, ia adalah Calon yang akan di jodohkan dengan Nessa. Namanya Nak Rivai atau Endru. Nessa melihat cowok itu sudah berada diruang tamu. cowok itu memberikan senyuman, berpenampilan rapi, Ia mengenakan kemeja pas badan berwarna biru mud yang lengannya digulung hingga siku. Rambutnya gelap dan berpotongan spikey. Nessa tidak yakin apakah itu warna asli rambutnya atau hasil semir. Celana bahan warna coklat gelap jatuh dengan mantap di kakinya yang panjang dan di bungkus. sepatu pantofel hitam. Kulitnya berwarna kuning langsat. Badannya tegap, tetapi ia terlihat sangat santai
Suatu hari Nessa pun menerima lowongan tersebut tetapi Nessa tidak berhasil karena lowongan tersebut sudah ada yang mengisi.
Demas, itulah nama lelaki tersebut. Dari situlah kisah mereka dimulai.
Demas tahu kalau Nessa sangat menyukai kata-kata. Setelah gagal
menjadi editor di EPILOG, Demas mengajaknya untuk bekerja sama di project
kecilnya yang bernama adventurer, yaitu sejenis majalah seni yang
berbasis web yang dikelola oleh Demas sendiri. Nessa pun tanpa pikir panjang lagi menerima
ajakan Demas untuk bekerja sama di project kecil milik Demas. Karena Nessa
sangat membutuhkan uang untuk dirinya dan ayahnya.
Hingga pada suatu hari mereka berniat meliput pagelaran seni di
kota Solo, namun semua itu gagal karena mereka berdua telat. Sehingga memaksa
mereka untuk bermalaman di kota Solo dan menikmati keindahan kota Solo, berdua
di Ngarsopuro. Dan sepulang dari Solo tepatnya diteras rumah Nessa, ketika Nessa membalikkan badannya dan baru mengambil langkah pertama, tiba-tiba saja Demas menrik tangannya. Nessa membalikkan badannya kebali, menghadap Demas, Nessa terkejut dengan entakan tangan lelaki itu.
Seketika, tercipta ruang hening di antara mereka. Demas diam. Nessa diam. Nessa hendak mengatakan sesuatu, tetapi ia merasa kehilangan suaranya. Alis Demas yang begitu tebal, mata Nessa bisa melihat alis pria itu bersambung satu dengan yang lain. Hidung mancungnya terlihat sedikit bengkok memisahkan kedua pipinya yang tirus dan dihiasi rambut-rambut yang halus. Rahang dan dagunya terlihat sangat tegas. Dan mata lelaki itu, seakan menyedot seluruh energi Nessa dan memnuat kakinya lemah.
Lalu wajah mereka menjadi lebih dekat, sebuah ciuman tanpa rencana mendarat di bibir Nessa. Bertegur sapa dibawah langit dini hari dan sorot remang cahaya lampu teras rumah. Tidak ada siapa-siapa yang menyaksikan.
Seketika, tercipta ruang hening di antara mereka. Demas diam. Nessa diam. Nessa hendak mengatakan sesuatu, tetapi ia merasa kehilangan suaranya. Alis Demas yang begitu tebal, mata Nessa bisa melihat alis pria itu bersambung satu dengan yang lain. Hidung mancungnya terlihat sedikit bengkok memisahkan kedua pipinya yang tirus dan dihiasi rambut-rambut yang halus. Rahang dan dagunya terlihat sangat tegas. Dan mata lelaki itu, seakan menyedot seluruh energi Nessa dan memnuat kakinya lemah.
Lalu wajah mereka menjadi lebih dekat, sebuah ciuman tanpa rencana mendarat di bibir Nessa. Bertegur sapa dibawah langit dini hari dan sorot remang cahaya lampu teras rumah. Tidak ada siapa-siapa yang menyaksikan.
Ciuman itu mengagetkannya. Nessa berani
bersumpah, ia hanya terbawa oleh suasana. Nessa mencoba menenangkan hatinya
yang tadi terasa kurang nyaman. Ia mengambil sepotong kue bingke dari atas
piring di meja kecil di dekat tempat tidurnya. Oleh-oleh dari Bian. Saat ia
mengunyah kue itu, ia tiba-tiba teringat pegang kue bingke di Pontianak beberapa
hari lalu. Pedagang itu menawarkan Nessa untuk membeli empat kotak bingke saja
ketimbang hanya tiga. Supaya genap, masing-masing memiliki pasangannya,
katanya. Tentu saja Nessa mendengus dan berpikir itu hanya trik pedagang agar
dia membeli lebih banyak bingke. Namun, jika dipikirkan lagi, ada sebuah pesan
yang ingin disampaikan oleh pedagang bingke itu, yang kemudian diterjemahkan
Nessa sebuah pertanyaan:
Haruskah genap untuk menjadi lengkap?
Mengapa
ganjil tidak bisa memenuhi?
Bukankah manusia terlahir sendiri dan nanti
juga akan dikubur sendiri ketika ia mati? Sendiri adalah ganjil. Jika harus
genap agar lengkap, berarti saat lahir dan mati manusia adalah entitas yang
“cacat” dan tidak sempurna?
Bukankah Tuhan juga cuma satu? Bukan dua,
empat, atau enam?
Sebab dua terkadang kurang, dan tiga adalah
bencana.
Semenjak ciuman itulah Nessa mulai merasakan lagi ada bibit
cinta yang perlahan mulai muncul di hatinya. Mulai bersemi dan subur seiring
berjalannya waktu. Mengahancurkan dinding kokoh yang selama ini ia bangun.
Menggoyahkan prinsip yang selama ini berusaha pertahankan. Ya. Nessa telah
kembali jatuh cinta.
Suatu hari, ketika Nessa berkunjung ke kantor EPILOG untuk
menemui Demas, Nessa menemukan sesuatu yang membuat detak jantungnya seolah
berhenti. Nessa menemukan sebuah foto terbingkai rapi yang berisikan foto Demas
dengan seorang perempuan dengan sangat mesra dan terlihat sangat bahagia. Dan
disetiap foto itu mereka masing-masing mengenakan sebuah cincin. Cincin yang
sama. Yang menandakan bahwa hubungan Demas dengan perempuan itu tidak bisa
dianggap biasa.
Cincin itu berbayang di bola matanya. Semakin jelas. Semakin
besar.
Untuk apa mengikat sesuatu, jika sedari awal sesuatu itu
menginginkan kebebasan. Nessa tidak tahu apakah saat ini yang ia inginkan
adalah sebuah ikatan ataukah kebebasan. Namun, yang ia tahu dan ia rasakan, ia
sudah pelan-pelan mengikat hati dan perasaannya sendiri dengan
ketakutan-ketakutan. Ketakutan dan keraguan. Ia ragu dengan apa yang ia lihat.
“Mengapa
cinta membuatku mencintaimu,ketika pada saat yang samakau mencintai orang yang
bukan aku?”
Beberapa hari setelah kejadian itu, Nessa sedikit dekat dengan
Endru. Pernah suatu malam mereka berdua saling mengirim e-mail yang
berisikan kata-kata yang sangat indah. Mungkin hanya untuk menghilangkan sakit
hati yang dialami oleh Nessa untuk sementara.
Demas akhirnya mengaku kepada Nessa kalau dia memang sudah mempunyai tunangan yang bernama Ivon
yang bekerja sebagai pramugari. Demas juga mengaku sudah tidak sayang lagi
dengan Ivon karena tugas Ivon sebagai pramugari yang menyebabkan jarak memisahkan mereka berdua. Hingga
akhirnya Demas pun memberanikan diri untuk menyatakan kepada Nessa kalau dia
tidak mau kehilangan dirinya yaitu Nessa. Kini dua orang tersebut saling
sayang.
Tetapi
disini apakah Nessa disebut sebagai orang ketiga dan perusak hubungan orang
lain?
Ciuman itu masih terngiang di pikiran Nessa, juga kata-kata
sayang yang diucapkan Demas beberapa waktu yang lalu. Hingga Nessa pun menerima
ajakan Demas untuk menjalin sebuah ‘hubungan’. Nessa tidak sadar bahwa dirinya
telah masuk kedalam lingkaran yang dahulu sangat ia kutuk, menjadi orang ketiga
disebuah hubungan. Banyak cibiran dari karyawan EPILOG terhadap hubungan
mereka. Namun Nessa tidak peduli meskipun dirinya dianggap sebagai perusak dan
sebagianya. Yang ia tahu dia tidak bisa jauh dari Demas, itu saja. Memang hati sangat sulit akur dengan logika.
Pada suatu hari sahabatnya Bian yang sebelumnya sudah melarang
Nessa untuk berhubungan dengan lelaki tersebut karena lelaki tersebut sudah
memiliki tunangan, datang membawa setumpuk foto mesra antara Demas dan Nessa.
Bian marah karena selama ini sahabatnya Nessa telah menjadi selingkuhan dan mau
saja dijadikan yang kedua oleh demas. Bian pun meninggalkan Nessa dengan
perasaan yang kecewa sebagai sahabat.
Demas berdiri di depan pintu kedatangan bandara. Ia
berjalan mondar-mandir, seperti sedang memikirkan sesuatu. Tahu maupun tidak
tahu, Demas sudah memutuskan, hari ini ia akan menjelaskan semuanya kepada
Ivon.
Semakin lama, Demas menyadari bahwa ia mulai kehilangan
rasa yang dulu ia miliki kepada Ivon. Pekerjaan Ivon sebagai pramugari yang
memaksakan selalu berjarak dengan Demas dan tidak memberinya waktu yang banyak
untuk menghabiskan hari bersama tunangannya itu, mau tidak mau, mengikis
perasaannya sedikit demi sedikit.
Ivon pun pulang dari tugasnya sebagai pramugari. Demas sudah
bersiap-siap untuk membatalkan pernikahannya dengan Ivon untuk membuktikan
kepada Nessa kalau dia benar-benar sayang kepada Nessa. Namun, sebelum Demas
mengucapkan kata-kata itu, Ivon mengeluarkan sesuatu dan diletakkan diatas
meja. Setumpuk foto. Dirinya dengan Nessa.
Ternyata selama ini Ivon sudah mengetahui kedekatan tunangannya
dengan Nessa. . Demas menghela napas dalam, mempersiapkan dirinya untuk
mengungkapkan semuanya. Dan Demas pun tetap kepada perasaannya kalau ia hanya
menginginkan Nessa, sehingga mau tidak mau Demas harus membatalkan
pernikahannya dan membiarkan Ivon pergi meninggalkannya.
Setelah Demas dan Ivon sudah putus hubungan, lalu kejadiannya
ternyata malah, Nessa memutuskan untuk menyuruh Demas pergi dari hidupnya dan
tidak ingin berhubungan lagi dengannya, setelah dia membatalkan pernikahannya.
Seperti yang diucapkan Nessa “Jika jarak dan dan waktu sudah
memisahkan kita begitu jauh, tapi perasaan kamu masih ada dan masih sama
untukku, kamu boleh kembali dan kita akan bicara lagi tentang memulai semua
ini.” Berat bagi Demas untuk memenuhi permintaan Nessa. Namun, ini semua demi
memperjuangkan apa yang telah ia yakini. Untuk memperjuangkan apa yang telah
membuatnya mengorbankan hal-hal lain dalam hidupnya. Untuk memperjuangkan
sesuatu yang telah kian dalam menjerat dasar hatinya. Ia tidak mau kehilangan
Nessa. Ia tidak mau kehilangan kebahagiaannya lagi. Nessa seperti kehilangan.
Demas tidak lagi menghubunginya, tidak ada kabar maupun dari telefon atau sms,
Demas pun menghilang.
Setelah enam bulan kemudian, Endru dan calon istrinya yaitu Vina
mengunjungi Nessa dirumahnya. Jujur saja Nessa sangat kaget akan hal itu.
Setelah beberapa kali menghubungi Endru tidak bisa dan tiba-tiba ada kejadian
yang benar-benar mengejutnya. Iya, Endru menjatuhkan pilihan pada Vina. Seorang
wanita yang membuat Endru terikat dan menerima Endru apapun tentang dirinya dan
masa lalunya. Endru sudah bosan bebas
dan melompat tanpa tujuan dari satu perempuan ke perempuan lain yang tidak
memiliki arti apa-apa dalam hidupnya. Vina tahu semuanya tentang Endru dan tentang kebiasaan buruknya pada masa
lalu. Endru menceritakan semuanya kepadanya. Entalah, Endru tidak ingin
menutupi apa-apa. Dan lagi, Vina lah satu-satunya perempuan yang ada disana,
didekatnya, ketika Endru sempat berada pada titik terendah yaitu Nessa menolak
cinta Endru.
Dan tepat setengah tahun ini, akhirnya Demas menghubungi Nessa
melalui telepon untuk memintanya bertemu kembali. Tentu saja Nessa tidak akan
menolak akan hal itu. Setelah Nessa dan Demas bertemu kembali di tempat
“Artemy Italian Gelato & Ice Cream” , dimana tempat tersebut dalah tepat
yang sering mereka kunjungi saat masih pacaran.
Sebelum berbicara pada ke intinya, Demas menceritakan tentang
dirinya yang pergi ke Australia dan bertemu dengan seorang rekan yang menyukai
Adventure. Jika tidak bertemu dengan orang tersebut dia nyaris akan menutup
webnya. Hanya saja kali ini Demas membuat website pernikahan semacam wedding
organizer yang serupa untuknya. Setelah itu, Demas menceritakan tentang Ivon
yaitu mantannya Demas yang hubungannya tidak bisa diteruskan lagi. Pada
awalnya, sulit bagi Demas untuk memberi pengertian kepada keluarganya dan juga
keluarga Ivon bahwa mereka tidak bisa meneruskan hubungan itu. Namun pada
akhirnya, hubungannya yang tidak benar-benar diinginkan tidak bisa dipaksakan.
Keluarganya dan keluarga Ivon menyetujui keinginan mereka untuk berpisah. Ivon
masih sempat menghubungi Demas dan meminta untuk memperbaiki hubungan mereka,
tetepi Demas menolaknya. Beberapa minggu kemudian, Dimas melihat Ivon di Bali
bersama seorang pria. Dan tentu saja Ivon pun menceritakan semuanya. Bahwa pria
itu adalah pacarnya yang berprofesi sebagai pilot. Dengan pria tersebut Ivon
mendapatkan sebuah ketenangan dalam sebuah hubungan.
Selesai cerita itu Demas langsung berbicara tentang cintanya dan
mengajak Nessa untuk berhubungan kembali. Demas menyakinkan Nessa karena kini
tidak ada lagi Ivon, tidak ada lagi orang lain. Hanya kamu dan aku. Berdua. Dan
Demas pun berjanji dihadapan Nessa untuk tidak akan menyakitinya dan menjadikan
Nessa satu-satunya penghuni hati Demas.
Dan, setelah itu, tidak ada yang bisa Nessa lakukan selain mengganggukkan
kepalanya pelan dan tersenyum. Tentu saja Nessa memeluk Demas dengan sangat
erat.
0 komentar:
Posting Komentar